Konferensi Pers Aliansi Bumi Raflesia Melawan di Sekretariat HMI Cabang Bengkulu. Foto/Dok: Ist
NEINEWS, Bengkulu – Pasca aksi besar-besaran mahasiswa pada 24 Februari 2025 yang diwarnai tindakan represif aparat, Aliansi Bumi Raflesia Melawan menggelar konferensi pers di Sekretariat HMI Cabang Bengkulu.
Dalam kesempatan ini, aliansi menegaskan komitmen perjuangan mahasiswa yang lahir dari kajian kritis dan keresahan rakyat, bukan gerakan spontan apalagi pesanan pihak tertentu.
Julius Nainggolan, perwakilan aliansi, menegaskan bahwa opini-opini liar yang berusaha merusak citra gerakan mahasiswa — seperti tudingan “pesanan partai”, “mahasewa”, atau “anak abah” — adalah upaya sistematis untuk membungkam dan melemahkan suara rakyat yang disuarakan mahasiswa.
“Kami mengecam keras segala bentuk tindakan represif aparat kepada mahasiswa. Gerakan ini lahir dari keresahan nyata rakyat, bukan sekedar ikut-ikutan apalagi pesanan politik. Ini murni gerakan moral!” tegas Julius.
Dalam konferensi pers tersebut, Julius juga mengurai kronologi lengkap aksi 24 Februari 2025, termasuk terjadinya bentrokan antara massa aksi dengan aparat keamanan di depan Kantor DPRD Provinsi Bengkulu yang mengakibatkan beberapa mahasiswa luka-luka akibat kekerasan aparat.
Tuntutan Tegas Aliansi Bumi Raflesia Melawan:
- Menuntut pemerintah untuk segera merevisi Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025.
- Mendesak pemerintah mengesahkan RUU Perampasan Aset untuk memberantas korupsi.
- Mendesak pemerintah mengevaluasi kinerja Polri yang semakin represif.
- Menolak RUU TNI/Polri yang berpotensi mengancam demokrasi.
- Menuntut evaluasi total atas Program MBG.
- Menolak pencabutan status honorer yang merugikan tenaga kerja non-PNS.
- Menolak UU Minerba yang merusak lingkungan dan merampas ruang hidup rakyat.
- Mendesak pelaksanaan Reforma Agraria Sejati dan meninjau Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bermasalah.
- Menolak seluruh aktivitas pertambangan dan perkebunan yang menyebabkan deforestasi dan merusak ekosistem.
Aliansi menegaskan bahwa aksi 24 Februari bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari perlawanan yang lebih besar. Mereka siap untuk kembali turun ke jalan dengan gerakan yang lebih masif, terstruktur, dan terorganisir, jika pemerintah tidak segera merespon tuntutan rakyat.
“Kami pastikan, ini belum selesai. Jika pemerintah terus abai, kami akan kembali dengan gerakan yang lebih besar dan lebih terorganisir. Perjuangan ini untuk rakyat, dan kami tidak akan pernah mundur!” tandas Julius dengan lantang.
Editor: Alfridho Ade Permana