Berkah Ramadhan di Air Tenam: Insentif Rp130 Juta dan Paket dari Hutan

Sebanyak 26 Petani Desa Air Tenam Menerima Insentif dengan total lebih dari Rp 130 juta Melalui Program Baby Tree yang diinisiasi KKI Warsi. Rabu (19/3/2025). Foto/Dok: Kolase Neinews- KKI Warsi

NEINEWS, Bengkulu – Ramadhan tahun ini membawa berkah tersendiri bagi masyarakat Desa Air Tenam, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Sebanyak 26 petani menerima insentif dengan total lebih dari Rp 130 juta atas upaya mereka menumbuhkan hutan melalui program Baby Tree.

Tak hanya itu, seluruh kepala keluarga di desa ini juga mendapatkan paket Ramadhan senilai Rp200.000 melalui program Pohon Asuh. Kedua program yang diinisiasi KKI Warsi ini merupakan bagian dari skema Perhutanan Sosial untuk menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baby Tree: Investasi Hijau, Manfaat Nyata

Program Baby Tree menjadi angin segar bagi petani di ujung Bengkulu yang berkomitmen menanam kembali hutan dengan pohon produktif, seperti durian, jengkol, dan pinang. Setiap pohon yang mereka tanam mendapat insentif Rp70.000 per batang, yang diberikan secara bertahap dalam kurun waktu tiga tahun: setelah tanam, tahun pertama, kedua, dan ketiga.

Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Adi Junedi, menegaskan bahwa insentif ini menjadi bukti nyata bahwa menjaga hutan dapat berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan.

“Setiap petani yang menerima insentif telah berkontribusi dalam menjaga ekosistem hutan Air Tenam dengan merawat bibit yang mereka tanam sejak dua tahun lalu,” ujarnya, Rabu (19/03/2025).

Dari 9.829 bibit yang ditanam, sebanyak 9.150 bibit tumbuh dengan baik hingga tahun kedua, menunjukkan tingkat keberhasilan 93,04 persen.

Wansah, salah satu petani dengan jumlah penanaman terbanyak, menerima insentif hingga Rp25 juta atas usahanya merawat 1.740 bibit di lahan seluas 5,8 hektare.

“Seperti mimpi rasanya, ada uang sebanyak ini diberikan kepada kami. Ini menjadi penyemangat perjuangan kami menjaga hutan,” kata Wansah penuh syukur.

Pohon Asuh: Kepedulian untuk Hutan yang Lestari

Desa Air Tenam mengelola kawasan hutan sosial seluas 1.269 hektare dengan skema Hutan Kemasyarakatan dan 408 hektare dengan skema Hutan Tanaman Rakyat.

Program Pohon Asuh hadir untuk menjaga kawasan hutan yang masih rimbun dengan biodiversitas tinggi. Melalui donasi sebesar Rp100.000-200.000 per pohon, masyarakat global dapat berkontribusi dalam pelestarian hutan. Hingga tahun 2025, sebanyak 200 pohon telah diadopsi dengan total dana terkumpul Rp38,5 juta.

“Di bulan penuh berkah ini, kami sepakat bahwa dana Pohon Asuh harus dirasakan seluruh masyarakat. Maka, dana ini kami alokasikan untuk paket sembako senilai Rp 200.000 bagi seluruh kepala keluarga di Air Tenam,” jelas Adi Junedi.

Sekretaris Desa Air Tenam, Aldiansyah, mengungkapkan bahwa program Baby Tree dan Pohon Asuh telah membawa dampak nyata bagi masyarakat.

“Sejak dulu, kami hidup berdampingan dengan hutan. Kini, dengan adanya hak kelola dan program dari Warsi, kami bisa menjaga hutan sekaligus mendapatkan manfaat ekonomi,” katanya.

Peluang Pendanaan Karbon: Arah Baru untuk Perhutanan Sosial

Pemerintah melalui Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, baru-baru ini mengumumkan bahwa perdagangan karbon dari sektor kehutanan akan segera diresmikan sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim dan ekonomi hijau.

Perhutanan Sosial menjadi salah satu sektor yang didorong masuk ke dalam skema ini, dengan potensi serapan karbon mencapai 100 ton CO₂ per hektare, senilai EUR 30 per ton CO₂. Pada tahun 2025, sektor ini diprediksi dapat menghasilkan transaksi hingga Rp3,2 triliun per tahun.

Di Bengkulu, Desa Lemo Nakai telah mulai menghitung potensi stok karbonnya yang mencapai 1.363 ton CO₂eq. “Ini peluang besar bagi Bengkulu ketika pasar karbon mulai diterapkan. Tinggal memastikan kesiapan administrasi dan sertifikasi,” tutur Adi Junedi.

Dengan semangat Ramadhan, KKI Warsi terus berkolaborasi untuk mengembangkan program Perhutanan Sosial. Saat ini, Warsi mendampingi empat desa lain agar bisa mendapatkan izin pengelolaan hutan secara legal.

Melalui program Baby Tree dan Pohon Asuh, masyarakat membuktikan bahwa menjaga hutan tidak hanya soal konservasi, tetapi juga tentang kesejahteraan dan keberlanjutan ekonomi. Dari hutan untuk masyarakat, dari masyarakat untuk masa depan. (**)

Editor: Alfridho Ade Permana