RSKJ Soeprapto Bengkulu Hadirkan Layanan Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Foto Ilustrasi. Dok: RS JIH

NEINEWS, BENGKULU – Setiap anak terlahir istimewa. Namun, tak semua tumbuh dengan jalan yang mudah. Bagi orang tua yang mendampingi buah hatinya menghadapi keterlambatan bicara, autisme, atau tantangan perkembangan lainnya, perjalanan ini tak selalu terang.

Menyadari kebutuhan itu, RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu kini menghadirkan layanan terapi khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus, sebagai upaya nyata menjembatani harapan dengan tindakan.

Terletak di Ruang Cendrawasih, layanan ini dibuka untuk rawat jalan dan ditangani oleh tenaga profesional dengan fasilitas yang layak. Tak hanya untuk pasien umum, peserta BPJS Kesehatan juga dapat mengakses layanan ini, memastikan semua keluarga — tanpa memandang latar belakang — memiliki kesempatan yang sama untuk mendampingi anaknya tumbuh dengan lebih baik.

“Kami ingin anak-anak ini tak hanya dipahami, tapi juga benar-benar dibantu dengan pendekatan yang tepat dan penuh cinta,” ujar Direktur RSKJ Soeprapto Bengkulu, Dr. Jasmen Silitonga, Senin (14/04/2025).

Menjawab Kebutuhan yang Kerap Terabaikan

Dalam layanan ini, RSKJ Soeprapto menangani berbagai kondisi seperti speech delay, autisme, hiperaktif, sindrom Down, gangguan belajar, hingga hambatan perkembangan akademik. Terapi dilakukan dua kali dalam seminggu, masing-masing berdurasi satu jam — meski secara ideal, terapi delapan jam per hari akan memberi hasil yang lebih optimal.

Namun, Dr. Jasmen menegaskan, keberhasilan terapi tak semata soal waktu, melainkan juga soal keterlibatan hati orang tua.

“Anak usia tiga tahun bisa menyerap hingga 75 persen materi terapi. Tapi di atas tujuh tahun, hanya sekitar 25 persen. Karena itu, peran orang tua sangat penting,” tuturnya.

Kelas Sahabat Anak: Dari Rumah Sakit ke Rumah Kita

Tak berhenti di ruang terapi, RSKJ Soeprapto juga meluncurkan program Kelas Sahabat Anak — sebuah pendekatan edukatif untuk membekali orang tua dengan keterampilan melanjutkan terapi di rumah. Karena sejatinya, rumah adalah ruang terapi pertama dan paling penuh kasih.

Banyak cerita perubahan yang lahir dari konsistensi. Beberapa anak yang semula kesulitan berbicara, kini mulai mampu menyebut kata. Anak yang dulu menolak interaksi, kini mulai tersenyum ketika diajak bicara. Meski autisme, misalnya, tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi dengan terapi yang rutin dan penuh cinta, perkembangan perilaku dan kemampuan sosial anak bisa meningkat sangat signifikan.

“Kami tak ingin sekadar menjadi penyedia layanan. Kami ingin menjadi bagian dari solusi. Hadir sebagai harapan,” pungkas Dr. Jasmen. (Adv)

Editor: Alfridho Ade Permana