Neinews.org – Dalam era digital yang semakin maju, negara-negara berkembang menghadapi tantangan krusial dalam perang melawan disinformasi. Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria menyoroti masalah seperti hoaks, bullying, ujaran kebencian, pencemaran nama baik, dan fitnah sebagai fokus utama dalam upaya penanganan.
Pada High Panel Session the Third Summit for Democracy Forum KTT Demokrasi ke-3 di Seoul, Korea Selatan, Wamen Nezar mengungkapkan bahwa solusi atas tantangan tersebut membutuhkan pendekatan holistik yang sesuai dengan konteks negara-negara Selatan-Selatan. Kendala seperti keterbatasan sumber daya, bahasa, kesenjangan ilmu pengetahuan, minimnya infrastruktur digital, serta hambatan politik dan hukum turut menjadi faktor yang memperumit penanganan masalah tersebut.
Wamen Nezar juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara negara-negara low and middle income dalam menghadapi tantangan di era digital. Dia mengingatkan akan pentingnya Summit for Democracy Declaration yang menekankan sembilan komitmen kunci termasuk perlindungan HAM, kebebasan pers, penegakan hukum, pencegahan korupsi, dan peningkatan pemanfaatan teknologi yang mendukung demokrasi.
Dalam konteks pemilihan umum, Wamen Nezar mengungkapkan pengalaman Indonesia dalam menghadapi disinformasi. Meskipun kemajuan teknologi mempermudah penyebaran konten palsu seperti video deepfake, langkah-langkah seperti Kampanye Pemilu Damai 2024 dan peningkatan literasi digital telah membantu mengurangi persebaran hoaks pemilu.
Rangkaian KTT Demokrasi ke-3 yang diselenggarakan di Korea Selatan menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas demokrasi. Tantangan tersebut memperjelas urgensi kolaborasi global dalam menjaga integritas informasi dan demokrasi di era digital yang terus berkembang.
Sumber: hasil siaran pers infopublik
Mc: Juita